Konsep redoks tidak berhenti sampai pada transfer elektron, konsep redoks berkembang dengan munculnya reaksi-reaksi yang tidak bisa dijelaskan dengan konsep elektron ataupun pengikatan oksigen. Permasalahan ini hanya dapat dijelaskan dengan konsep
bilangan oksidasi atau biasa disingkat
biloks.
Bilangan oksidasi dan penentuannya
Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan yang menyatakan nilai valensi atom, nilai ini bisa positif ataupun negatif. Cara menentukan biloks atom dalam suatu unsur atau senyawa mengikuti aturan sebagai berikut:
a. Dalam bentuk
unsur atau molekul unsurnya bilangan oksidasi =
0. Contohnya pada unsur Na, biloks Na = 0. Pada molekul oksigen O
2, biloks O = 0
b. Dalam senyawa ion,
bilangan oksidasi atom-atomnya =
muatan kation dan anionnya. Contohnya pada NaCl, Na memilki muatan +1 dan Cl muatan -1. Maka biloks Na adalah +1 dan biloks Cl adalah -1.
c. Bilangan oksidasi atom-atom lain dalam suatu senyawa ditentukan menurut aturan berikut:
• Biloks atom
golongan 1A adalah
+1, biloks atom
golongan 2A adalah
+2.
• Biloks atom-atom unsur
halogen pada senyawa biner adalah -1. Pada senyata poliatom bergantung pada senyawanya.
• Biloks
oksigen dalam senyawa adalah
-2 kecuali pada peroksida H
2O
2 adalah -1. dan pada superoksida seperti Na
2O dan K
2O adalah -½.
• Biloks atom
hidrogen adalah
+1 kecuali pada senyawa hidrida seperti NaH adalah -1.
d. Jumlah total biloks pada senyawa netral adalah 0, jumlah senyawa biloks pada ion sesuai dengan muatan ionnya.
Contoh nya pada air H
2O, totalnya adalah 0. Biloksnya sendiri ada
2H yang masing-masing
+1 dan
O memiliki biloks
-2.
Contoh lainnya pada
ion karbonat CO32- total senyawa biloksnya adalah
-2. Biloks atomnya sendiri bisa dihitung dengan menggunakan aturan sebelumnya.
O bernilai
-2, karna ada
3O jadi
-6. Sisanya adalah biloks
C – 6 = -2. Maka biloks
C adalah
4.
Pada atom-atom di luar aturan ini biloksnya bisa bermacam-macam tergantung dengan senyawanya. Contohnya biloks nitrogen pada senyawa
NO2 dan ion NH4+.
Pada
NO2 terdapat
2O yang masing-masing bernilai
-2 sehingga memberikan total
-4. Karena senyawa ini netral (total biloks = 0), maka biloks
N adalah
+4.
Pada ion
NH4+ terdapat
4H yang masing-masing bernilai
+1 sehingga totalnya
+4. Total biloks pada senyawa ini adalah +1 sehingga untuk memenuhi hal ini maka biloks
N adalah
-3.
Bagaimana dengan biloks pada senyawa poliatom seperti
besi sulfat FeSO4?
Dari aturan di atas, kita tahu bahwa
O memiliki biloks
-2. Bagaimana dengan atom Fe dan S yang tidak memiliki biloks tetap?
Untuk senyawa inorganik seperti ini, kita bisa menentukan biloks dengan memisahkan senyawa ini menjadi
kation dan
anion penyusunnya.
FeSO4 terdiri dari kation
Fe2+ dan anion
SO42-. Dari sini, kita sudah mengetahui bahwa
Fe memiliki biloks
+2.
Untuk menentukan biloks
S, kita bisa lihat bahwa anion
SO42- memiliki total muatan
-2 dan muatan
O masing-masing
-2 sehingga memiliki total
-8. Sisanya untuk mencapai total
-2, maka biloks
S adalah
+6.
Reaksi redoks dan biloks
Perhatikan reaksi berikut ini:
2SO2(g) + O2(g) ➝ 2SO3(g)
Jika dilihat dari konsep pengikatan oksigen maka reaksi ini termasuk reaksi oksidasi. Jika dilihat dari konsep transfer elektron maka kita pasti bingung. Untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti ini kita melihat reaksi dari biloksnya. Dalam konsep biloks, jika atom memiliki
kenaikan biloks maka dinyatakan bahwa atom tersebut mengalami
oksidasi. Sebaliknya jika
biloksnya menurun maka dinyatakan bahwa atom tersebut mengalami
reduksi.
Coba kita lihat reaksi tadi yang di atas. Untuk menerapkan konsep biloks, kita harus menuliskan semua biloks dari unsur-unsur yang terlibat dalam reaksi.
SO2 memiliki total biloks
0 karena senyawa netral, biloksnya
O = -2 berdasarkan aturan, maka biloks
S di sini adalah
+4.
Biloks
O pada
O2 adalah
0 karena merupakan molekul unsur.
SO3 memiliki total biloks
0 karena netral, biloks
O adalah
-2 maka biloks
S adalah
+6.
Dari sini kita bisa lihat bahwa
S memiliki kenaikan biloks dari
+4 menjadi +6, yang berarti unsur
belerang ini mengalami
oksidasi. Atom
O mengalami penurunan biloks dari
0 menjadi -2 yang berarti atom oksigen mengalami
reduksi.
Adapula reaksi yang disebut reaksi
swaredoks atau
disproporsionasi yaitu reaksi yang mengalami oksidasi dan juga reduksi pada pereaksinya. Contohnya pada reaksi berikut:
2H2O2 ➝ 2H2O + O2
Pada peroksida
H2O2 biloks
O mengikuti aturan khusus yaitu
-1 sedangkan biloks H tetap +1. Di bagian produk reaksi, biloks
O pada air
H2O adalah
-2 dan pada molekul unsurnya
O2 adalah
0. Maka atom
O di sini mengalami penurunan dan kenaikan biloks secara bersamaan. Reaksi seperti inilah yang disebut dengan
swaredoks.
Tata nama senyawa dan biloks
Untuk kation-kation logam yang bisa memiliki
dua jenis muatan yang juga merupakan
dua macam biloks, tata namanya memiliki angka romawi yang menyatakan hal tersebut.
Contohnya pada
SnCl2 dan
SnCl4 keduanya memiliki unsur
Sn yang sama tetapi yang membedakan adalah harga biloks pada timah
Sn.
Pada
SnCl2 biloks
Sn adalah
+2 sedangkan pada
SnCl4 adalah
+4.
Maka penulisannya adalah dengan angka romawi dalam kurung seperti ini:
Timah(II) klorida dan
Timah(IV) klorida.