Smarter Indonesia

Sejak metode ilmiah diterapkan dalam ilmu kimia, muncul berbagai hukum dasar kimia:

Hukum kekekalan massa
Sesuai dengan namanya, hukum ini berkaitan dengan massa suatu zat dalam reaksi. Beberapa abad yang lalu, Lavoisier mengajukan suatu pertanyaan: Apakah massa zat-zat yang bereaksi akan berkurang, bertambah, atau tetap setelah reaksi?

Dalam eksperimen sederhana dengan mereaksikan natrium klorida (NaOH) dan asam cuka (CH3COOH) untuk menghasilkan produk - natrium asetat (CH3COONa) dan air (H2O) ditemukan data seperti ini:

2g NaOH + 10g CH3COOH ➝ 12g (CH3COONa + H2O)

4g NaOH + 20g CH3COOH ➝ 24g (CH3COONa + H2O)


Jadi pada kesimpulannya: jumlah massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap.

Hukum perbandingan tetap
Berdasarkan hukum kekekalan Massa jika 32g Cu bereaksi dengan 8g O2 akan menghasilkan 40g CuO. Jika massa Cu ditambah menjadi 50g dan direaksikan dengan 8g O2 apakah akan terbentuk 58g CuO?

32g Cu + 8g O240g CuO

50g Cu + 8g O258g CuO ?

Jawabannya adalah tidak, menurut hasil eksperimen massa yang dihasilkan tetap 40g CuO dan ditemukan 18g Cu yang tidak bereaksi.

Menurut Joseph Louis Proust: pembentukan senyawa memiliki komposisi yang tidak sembarang. Dengan kata lain, perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap.
Proust melakukan beberapa eksperimen dan menemukan hal-hal berikut:
  • Pada senyawa NaCl, perbandingan massa Na dan Cl selalu tetap yaitu 39% Na dan 61% Cl atau kurang lebih secara perbandingan 2:3
  • Pada molekul air H2O perbandingan massa H dan O selalu tetap, yaitu 11% H dan 89% O atau kurang lebih 1:8

Hukum perbandingan berganda
Hukum Perbandingan Berganda menurut Dalton adalah jika dua macam unsur membentuk lebih dari satu senyawa maka massa salah satu unsur berbanding sebagai kelipatan bilangan bulat dan sederhana.

Contoh hukum ini adalah sebagai berikut:
Fosfor dan Klorin bereaksi dapat membentuk 2 macam senyawa: senyawa X dan Y.
Pada senyawa X, 2g fosfor tepat bereaksi dengan 6,9g klorin.

2g P + 6,9g Cl2 ➝ PClx

Pada senyawa Y, 2g fosfor tepat bereaksi dengan 11,5g klorin.

2g P + 11,5g Cl2 ➝ PCly

Maka perbandingan x:y adalah 6,9:11,5 = 3:5. Maka kedua senyawa tersebut memiliki rumus kimia PCl3 dan PCl5.

Hukum perbandingan volume
Hukum-hukum yang dibahas sebelumnya berkaitan dengan komposisi senyawa, pada hukum perbandingan volume ini akan berkaitan dengan volume pada reaksi-reaksi kimia yang melibatkan wujud gas.

Joseph Louis Gay-Lussac membuat percobaan dengan mereaksikan H2 dan O2 membentuk uap air H2O.

H2 + ½O2 ➝ H2O

Ia melakukan 2 eksperimen: satu saat volume H2 tetap dan satu saat volume O2 tetap. Hasilnya seperti table dibawah ini.
Volume H2 (mL) Volume O2 (mL) Volume H2O (mL)
20 5 10
20 10 20
20 15 20
20 20 20
Volume H2 (mL) Volume O2 (mL) Volume H2O (mL)
10 10 10
15 10 15
20 10 20
25 10 20
Saat volume H2 ditetapkan pada 20mL, volume H2O yang dihasilkan tetap 20mL ketika O2 mencapai 10mL.
Saat volume O2 ditetapkan pada 10mL, volume H2O yang dihasilkan tetap 20mL ketika H2 mencapai 20mL.

Maka berdasarkan hukum perbandingan volume:

20mL H2 + 10mL O2 ➝ 20mL H2O

Dari eksperimen ini Joseph Louis Gay-Lussac menyimpulkan bahwa pada suhu dan tekanan tetap, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding lurus dengan koefisien reaksinya sebagai bilangan bulat dan sederhana.

Hukum Avogadro
Setelah publikasi hukum perbandingan volume, Avogadro mengajukan hipotesis yang berbunyi: Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama.

Maka dalam reaksi hal ini berlaku seperti ini:

1L N2 + 2L O22L NO2

1 molekul N2 + 2 molekul O22 molekul NO2

Jika reaksi ini diukur pada suhu dan tekanan yang sama, ditemukan bahwa untuk x molekul N2 diperlukan 2x molekul O2 untuk menghasilkan NO2 dengan jumlah molekul dua kali N2 atau sama dengan jumlah molekul O2. Singkatnya seperti ini:

x N2 + 2x O22x NO2


Kemunculan hukum avogadro berpengaruh sangat signifikan terhadap ilmu kimia, khususnya dalam hal pengukuran zat-zat di lab. Pengukuran suatu zat biasanya berdasarkan berat yang dinyatakan dalam satuan gram, sedangkan massa atom dan molekul dinyatakan dalam satuan Ar dan Mr. Apakah hubungan kedua hal ini?

Tetapan Avogadro
Avogadro tidak berhenti dengan hipotesisnya mengenai jumlah partikel dan volume gas, ia berpikir lebih jauh tentang hubungan jumlah partikel dan massa zat. Berdasarkan hasil perhitungan Avogadro, saat massa suatu molekul sama dengan massa molekul relatifnya selalu ditemukan bilangan sebesar 6,02 x 1023 molekul. Oleh karena itu bilangan 6,02 x 1023 dinyatakan sebagai tetapan Avogadro dan diberi lambang L atau NA.

Konsep mol
Jika kita melakukan perhitungan, kita akan menemukan dalam 40g besi mengandung 4,31 x 1023 atom besi, dalam 1g air H2O terkandung 3.34 x 1022 molekul air. Angka-angka sebesar ini tentu sangat tidak efisien untuk dipakai dalam perhitungan di lab. Untuk menyederhanakan hal ini, para ilmuwan membentuk satuan jumlah zat yang menyatakan banyaknya partikel zat itu. Satuan ini dinamakan mol. Berdasarkan kesepakatan, partikel sebasar tetapan Avogadro atau 6,02 x 1023 dinyatakan sebagai satu mol. Dengan kata lain, satu mol setiap zat mengandung 6,02 x 1023 partikel baik itu atom, molekul, ataupun ion. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Mol = massa zatmassa molekul relatif

Jumlah partikel = jumlah mol x tetapan Avogadro


Volume molar gas STP
Menurut Avogadro: pada suhu dan tekanan yang sama, setiap gas yang volumenya sama mengadung jumlah molekul yang sama. Jika jumlah molekul gas itu sama dengan tetapan Avogadro atau 6,02 x 1023 molekul maka dapat dikatakan jumlah gas tersebut adalah satu mol. Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada hukum ini ditemukan bahwa pada keadaan STP (Standard Temperature and Pressure): suhu 0 oC dan tekanan 1 atm, volume satu mol gas adalah 22,4 L. Volume ini dikenal sebagai volume molar dilambangkan dengan Vm.

Volume molar gas non-STP
Untuk menentukan volume gas pada suhu dan tekanan tertentu yang tidak standar dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal ini adalah persamaan yang diturunkan berdasarkan percobaan dari Charles, Amonton, Boyle, dan Gay-Lussac.
Hukum Charles menyatakan: pada tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan suhu multaknya.
Hukum Amonton menyatakan: pada volume tetap, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlaknya.
Boyle dan Gay-Lussac menggabungkan kedua hukum ini dan menyatakan bahwa tekanan dan volume berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.

Menurut Avogadro persamaan ini menjadi PV = RT untuk 1 mol gas. R adalah tetapan molar gas yang tidak bergantung terhadap tekanan, volume, dan suhu – hanya bergantung pada jumlah mol gas. Menurut eksperimen nilai R adalah 0,082 L atm mol-1 K-1. Berdasarkan uraian ini maka persamaan gas ideal yang lengkap adalah PV = nRT.

Dari bab sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa persamaan reaksi menyatakan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam suatu reaksi. Banyaknya zat yang terlibat ini ditunjukkan melalui koefisien reaksinya.

Contohnya pada persamaan reaksi gas klorin dan hidrogen membentuk asam klorida.

Cl2(g) + H2(g) ➝ 2HCl(g)

Persamaan reaksi ini bermakna setiap n molekul Cl2 akan bereaksi dengan n molekul H2 untuk menghasilkan 2n molekul HCl. Jika nilai n = 6,02 x 1023 atau tetapan Avogadro maka n molekul = 1 mol.
Kesimpulannya adalah koefisien reaksi pada persamaan kimia menunjukkan perbandingan jumlah mol zat-zat yang bereaksi dan zat hasil reaksi. Perbandingan reaksi koeifisien ini dinamakan rasio stoikiometri dan disingkat RS.

Contoh soalnya sebagai berikut: Pada pembakaran 0,25 mol gas butana dengan oksigen yang menghasilkan uap air dan karbon dioksida, berapa massa uap air yang dihasilkan?

2C4H10(g) + 13O2(g) ➝ 10H2O(g) + 8CO2(g)

Berdasarkan persamaan reaksi yang sudah setara, diketahui bahwa 10 mol H2O akan dihasilkan setiap 2 mol butana. Maka jika ada 0,25 mol butana, mol H2O yang dihasilkan adalah 10½2 x 0,25 mol = 1,25 mol.
Maka untuk massa H2O = massa H2O x jumlah mol H2O = 18 g/mol x 1,25 mol = 22,5 g.

Empat langkah dalam menyelesaikan stoikiometri reaksi:
    1. Tuliskan persamaan reaksi kimia yang disetarakan.
    2. Ubah besaran yang diketahui ke dalam satuan mol.
    3. Gunakan rasio stoikiometri untuk menghitung jumlah mol zat yang ditanyakan.
    4. Ubah satuan mol ini ke besaran yang ditanyakan.